Selasa, 28 Februari 2012

askep abses paru

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN ABSES PARU

A.    DEFINISI
Abses paru adalah suatu kativitas dalam jaringan paru yang berisi material purulen berisikan sel radang akibat proses nekrotik parenkim paru oleh proses infeksi. Bila diameter kavitas < 2 cm dan jmlahnya banyak dinamakan necrotising pneumonia.

B.    ETIOLOGI
Finegolal dan Fisliman mendapatkan bahwa organisme penyebab abses paru lebih dari 98 % adalah bakteri anaerob. Asher dan Beandry mendapatkan bahwa pada anak-anak bakteri penyebab abses paru terbanyak adalah Staphylococcus aureus.
Tipe abses    Organisme
Primer    Staphylococcus aureus.
Haemophilus influenza type B, C, F
Streptococcus viridians, pneumonia
Alpha-hemolytics streptococci
Neisseria sp
Mycoplasma pneumoniae
Sekunder    Aerob
Haemophilus aphropilus, parainfluenzae
Streptococcus group B, intermedius
Klebsiella pneumonia
Escherichia coli, frendii
Pseudomonas pyocyanea, aeruginosa, denitrificans
Aerobacter aeruginosa
Candida
Rhizopus sp.
Aspergillus fumigates
Nocardia sp
    Anaerob
Peptostreptococcus constellatus, intermedius, saccharolyticus
Veillonela sp., alkalenscenens
Bacteroides melaninogenicus, oralis,fragilis, corrodens, distanosis, vulgates, ruminicola, asaccharolyticus
Fusobacteriumnnecrophorum, nucleatum

C.    PATOFISIOLOGI
Garry tahun 1993 mengemukakan terjadinya abses paru meliputi:
a.    Abses paru merupakan proses lanjutan pneumonia akibat inhalasi bakteri pada penderita dengan factor predisposisi. Bakteri bermultifikasi dan merusak jaringan parenkim paru dengan proses nekrosis. Bila berhubungan dengan bronchus, maka terbentuklah air fluid level. Bakteri yang masuk ke parenkim paru, selain karena inhalasi bias juga dengan penyebaran hematogen (septic emboli) atau dengan perluasan langsung dari proses abses ditempat lain ( nesitatum) misalnya abses hepar.
b.    Kavitas yang mengalami infeksi. Pada beberapa penderita tuberculosis dengan kavitas, akibat inhlasi bakteri mengalami proses peradangan supurasi. Pada penderita emfisema paru atau polisistik paru yang mengalami infeksi sekunder.
c.    Obstruksi bronchus dapat menyebabkan pneumonia berlanjut sampai proses abses paru. Hal ini sering terjadi pada obstruksi karena kanker bronkhogenik. Gejala yang sama juga terlihat pada aspirasi benda asing yang belum keluar. Kadang-kadang dijumpai juga pada obstruksi karena pembesaran kelenjar limfe peribronkhial.
d.    Pembentukan kavitas pada kanker paru. Pertumbuhan massa kanker bronkhogenik yang cepat tidak diimbangi peningkatan suplai pembuluh darah, sehingga terjadi likufikasi nekrosis sentral. Bila terjadi infeksi, dapat trjadi abses.

D.    MANIFESTASI KLINIS
1.    Gejala klinis 
Gejala klinis yang ada pada abses paru hampir sama dengan gejala pneumonia pada umumnya yaitu:
a.    Panas badan. Dijumpai berkisar 70% – 80% penderita abses paru. Kadang dijumpai dengan temperatur > 400C.
b.    Batuk, pada stadium awal non produktif. Bila terjadi hubungan rongga abses dengan bronkus batuknya menjadi meningkat dengan bau busuk yang khas (Foetor ex oroe (40-75%).
c.    Produksi sputum yang meningkat dan Foetor ex oero dijumpai berkisar 40 – 75% penderita abses paru.
d.    Nyeri dada dan Batuk darah
e.    Gejala tambahan lain seperti lelah, penurunan nafsu makan dan berat badan. Pada pemeriksaan dijumpai tanda-tanda proses konsolidasi seperti redup, suara nafas yang meningkat, sering dijumpai adanya jari tabuh serta takikardi.

E.    KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS
a.    Beberapa komplikasi yang muncul:
1.    Empiema
2.    Abses otak
3.    Atelektasis
4.    Sepsis
b.    Prognosis
Beberapa factor yang memperbesar angka mortalitas pada abses paru sebagai berikut:
1.    Anemia dan hipoalbuminemia
2.    Abses yang besar
3.    Lesi obstruksi
4.    Bakteri aerob
5.    Immunocompromised
6.    Usia tua
7.    Gangguan intelegensia
8.    Perawatan yang terlambat


PENGKAJIAN KEPERAWATAN

A.    ANAMNESIS
Keluhan utama pada klien abses paru meliputi batuk, sputum purulen dan berbau, demam, dan menggigil dengan suhu >400C, dan sesak nafas.

Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit saat ini pada klien dengan abses paru bervariasi pada tingkat dan lamanya, dari mulai batuk-batuk saja sampai penyakit akut dengan manifestasi klinis yang berat. Biasanya klien mempunyai riwayat penyakit 1-3 minggu dengan gejala demam dan menggigil. Jika abses terletak dekat pleura, mungkin terdapat nyeri dada. Sesak nafas yang dialami biasanya tidak berat kecuali kalau peradangannya luas. Tanda lain yang didapatkan adalah rendahnya nasfsu makan, penurunan BB, dan lemah badan.

Riwayat penyakit dahulu
Biasanya didapat keluhan malaise, penurunan BB, panas badan yang ringan, dan batuk yang  produktif. Adanya riwayat penurunan kesadaran berkaitan dengan sedasi, trauma, dan serangan epilepsy. Riwayat penyalahgunaan obat yang mungkin teraspirasi asam lambung saat berada dalam keadaan tidak sadar atau hanya emboli bakteri di paru akibat suntikan obat.

B.    PENGKAJIAN PSIKO-SOSIO-SPIRITUAL
Pengkajian psikologis klien dengan abses paru didapatkan klien serng mengalami kecemasan sesuai dengan keluhan yang dialaminya seperti batuk, sesak nafas, dan demam yang merupakan stressor penting yang menyebabkan klien cemas. Perawat perlu member dukungan moral dan memfasilitasi pemenuhan informasi dengan tim medis untuk pemenuhan informasi mengenai prognosis penyakit klien
C.    PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum dan TTV
Hasil pemeriksaan TTV pada klien dengan abses paru biasanya didapatkan peningkatan suhu lebih dari 400 C, frekuensi nafas meningkat dari normal, denyut nadi biasanya meningkat seirama dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernafasan, tekanan darah biasanya tidak bermasalah.


Inspeksi
Bentuk dada dan gerakan pernapasan. Bentuk dada biasanya tidak mengalami perubahan. Gerakan pernapasan asimetris di sisi paru yang mengalami lesi, gerakan pernapasan akan tertinggal sesuai dengan banyaknya pus yang terakumulasi diparu. Pada pengkajian frekuensi napas, didapatkan ritme pernapasan cepat dan dangkal.
Batuk dan sputum. Klien mengalami batuk yang produktif dengan sputum banyak dan berbau busuk, purulen berwarna kuning kehijauan sampai hitam kecoklatan karena bercampur darah, atau kadang-kadang batuk dengan darah dalam jumlah yang banyak.

Palpasi
Taktil fremitus pada klien dengan abses paru biasanya normal. Perbedaan penurunan fremitus ditemukan apabila terjadi akumulasi pus.

Perkusi
Saat dilakukan perkusi, didapatkan bunyi redup pada sisi paru yang terkena.

Auskultasi
Jika abses terisi penuh dengan cairan pus akibat drainase yang buruk, suara nafas melemah dan jika bronkhus paten dan drainase baik ditambah adanya konsolidasi di sekitar abses akan terdengar suara nafas bronkhial dan ronkhi basah.

D.    PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Radiologis
Pada fase permulaan, biasanya terlihat gambaran pneumonia dan kemudian akan tampak daerah radiolusen dalam bayangan infiltrat yang padat dengan batas permukaan udara cairan (air fluid level) didalamnya yang menunjukkan adanya drainase yang tidak sempurna.

Pemeriksaan laboratorium
Hasil pemeriksaan biasanya menunjukkan adanya leukosit terutama polimorfonuklear dengan pergeseran kekiri. Kadang-kadang jumlah leukosit dapat mencapai 20.000-30.000/mm3.
Sputum diperiksa secara makroskopis, bau dan warna sputum, serta pemeriksaan mikroskopis untuk identifikasi organisme, pewarnaan gramnuntuk pemeriksaan bakteri tahan asam, dan biakan untuk jamur serta biakan mikroorganisme aerob dan anaerob.
Besar kavitas biasanya sekitar 4-5 cm dan paling sering terletak di segmen posterior lobus atas kanan. Letak abses dapat timbul di tempat lain bergantung pada posisi klien saat aspirasi dan dapat mengenai lebih dari satu segmen.

E.    PENATALAKSANAAN MEDIS
a.    Medikamentosa
Pilihan pertama antibiotik adalah golongan penisilin. Pada saat ini, dijumpai peningkatan abses paru yang ddisebabkan oleh bakteri anaerob. Oleh karena itu, dapat dipikirkan untuk memilih kombinasi antibiotik antara golongan penisilin G dengan Clindamycin atau dengan metronidazole, atau kombinasi Clindamycin denagn Cepoxitin. Alternatif lain adalah kombinasi Imipenem dengan B Lactamase inhibitase, pada klien dengan pnemonia nosokomial yang berkembang menjadi abses paru. Waktu pemberian antibiotik bergantung pada gejala klinis dan respon radiologis klien. Klien diberikan terapi hingga 2-3 minggu setelah bebas gejala atau adanya resolusi kavitas.

b.    Drainase
Darinase postural dan fisioterapi dada dilakukan 2-5 x seminggu selama 25 menit.

c.    Bedah
Reseksi segmen paru yang nekrosis diperlukan bila:
1.    Respon terhadap antibiotik rendah
2.    Abses yang besr sehingga mengganggu proses ventilasi perfusi
3.    Infeksi paru yang berulang
4.    Adanya gangguan drainase karena obstruksi

F.    DIAGNOSIS KEPERAWAATAN
a.    Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi mukus yang kental, kelemahan, upaya batuk buruk, edma trakheal/faringeal.
b.    Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan abses paru
c.    Hipertermi.
d.    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhab tubuh berhubungan dengan peniungkatan metabolisme tubug dan penurunan nafsu makan sekunder tehadap demam.
e.    Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kerusakan pertukaran gas sekunder tehadap abses paru.
f.    Cemas berhubungan dengan kondisi sakit, prognosis penyakit yang berat.
g.    Kurangnya pemenuhan informasi berhubungan dengan ketidakjelasan sumber informasi.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar